Selasa, 20 November 2012

MAKALAH : PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT DAN 4 PILAR PENDIDIKAN UNESCO


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 TOPIK      :  hakekat pendidikan
1.2 INDIKATOR       : a. Menjelaskan hakekat belajar sepanjang hayat
b. Menjelaskan empat pilar pendidikan yang dikeluarkan oleh UNESCO        serta pengaruh dan keterkaitannya terhadap pendidikan sepanjang hayat..
1.3 URAIAN MATERI
Pendidikan pada dasarnya adalah proses komunikasi yang didalamnya mengandung transformasi pengetahuan, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilan, di dalam dan di luar sekolah yang berlangsung sepanjang hayat, dari generasi ke generasi (Dwi Siswoyo, 2008: 25). Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa hampir dari seluruh kegiatan manusia yang bersifat positif dapat dianggap bahwa mereka telah melakukan proses pendidikan. Tujuan pendidikan secara luas antara lain adalah untuk meningkatkan kecerdasan, membentuk manusia yang berkualitas, terampil, mandiri, inovatif, dan dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan. Oleh karena itu, pendidikan sangat diperlukan oleh manusia untuk dapat melangsungkan kehidupan sebagai makhluk individu, sosial dan beragama. Di sinilah peran lembaga pendidikan baik formal maupun non formal untuk membantu masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang telah disampaikan di atas, melalui pendidikan sepanjang hayat manusia diharapkan mampu menjadi manusia yang terdidik
1.      Pengertian Pendidikan Sepanjang Hayat
Pendidikan  sepanjang hayat (life long education) adalah sebuah sistem pendidikan yang dilakukann oleh manusia ketika lahir sampai meninggal dunia. Pendidikan sepanjang hayat merupakan fenomena yang sudah tidak asing lagi. Melalui pendidikan sepanjang hayat, manusia selalu belajar melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau pengalaman yang telah dialami. Konsep pendidikan sepanjang hayat tidak mengenal batas usia, semua manusia baik yang masih kecil hingga lanjut usia tetap bisa menjadi peserta didik, karena cara belajar sepanjang hayat dapat dilakukan dimanapun, kapanpun, dan oleh siapapun.
Menurut pendapat Sudjana (2001: 217-218) pendidikan sepanjang hayat harus didasarkan atas prinsip-prinsip pendidikan di bawah ini :
a.       Pendidikan hanya akan berakhir apabila manusia telah meninggal dunia.
b.  Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisi dan sistimatis.     
c.   Kegiatan belajar bertujuan untuk mempeoleh, memperbaharui, dan meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki.
d.  Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkai dalam memenuhi kebutuhan belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap manusia yang melakukan kegiatan belajar.
e.    Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia, baik untuk meningkatkan kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.      Tahap Proses Belajar Pendidikan Sepanjang Hayat
Tahapan belajar manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian. Bagian yang pertama ialah proses belajar yang tidak dapat dilihat oleh panca indera, karena proses belajar terjadi dalam pikiran seseorang yang sedang melakukan kegiatan belajar. Proses ini sering disebut dengan proses intern. Bagian yang kedua disebut proses belajar ekstern, proses ini dapat menunjukkan apakah dalam diri seseorang telah terjadi proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan ke arah yang lebih baik.

Sabtu, 10 November 2012

MAKALAH : DIMENSI MANUSIA


A.    TOPIK
Pandangan tentang Manusia
B.     INDIKATOR
·         Menjelaskan Dimensi Manusia
·         Menjelaskan Dimensi Manusia Indonesia yang Pancasilais
C.    URAIAN MATERI
1.      PENGERTIAN HAKEKAT MANUSIA
Hakikat adalah sesuatu yang mendasar, suatu esensi, yang substansial, yang hakiki yang penting, yang diutamakan. Dengan kata lain, hakekat adalah sesuatu yang mesti ada pada sesuatu yang jika sesuatu itu tidak ada maka sesuatu itu pun tidak berwujud atau ada. Jadi, hakekat manusia adalah sesuatu yang pasti ada pada manusia. Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan sejak dahulu. Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas, dikarenakan manusia itu sendiri yang memang unik, antara manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dll. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum tentu pas untuk di setujui oleh sebagian orang.
Adapun hakekat manusia adalah sebagai berikut
a.         Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
b.         Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual dan sosial.
c.         Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d.        Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai (tuntas) selama hidupnya.
e.         Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f.          Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan potensi yang tak terbatas
g.         Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan jahat.
h.         Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusaannya tanpa hidup di dalam lingkungan sosial.

2.      DIMENSI HAKEKAT MANUSIA
Pada hakekat manusia, kita akan menemukan beberapa dimensi hakekat manusia yang sudah ada atau sudah dibawa sejak lahir. Ada 4 dimensi dari hakekat manusia, yaitu dimensi keindividualan, dimensi kesusilaan, dimensi kesosialan, dimensi keberagaman.
a.         Dimensi Keindividualan
Menurut Lysen, individu atau perseorangan adalah suatu keutuhan yang tidak dapat dibagi lagi. Lain halnya dengan seorang pakar pendidikan dari negeri Belanda yang bernama M.J Langeveld. Beliau mengatakan bahwa tidak ada satupun individu yang sama atau identik, orang kembar sekalipun. Setiap individu pasti memiliki ciri masing-masing yang berbeda dengan orang lain. Setiap individu memiliki sifat-sifat unik unik. Beliau juga mengatakan bahwa setiap individu memiliki intelegensi yang sama, tetapi dalam hal cara berpikir setiap individu memiliki perbedaan
b.        Dimensi Kesosialan
Menurut filosef asal Jerman , Immanuel Kant mengatakan bahwa setiap manusia akan menjadi manusia jika berada diantara manusia yang lainnya. Semua manusia di dunia ini dikaruniai potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi. Dari pernyataan di atas dapat kita telaah bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Dengan dorongan sosialitas tersebutlah maka setiap manusia ingin bertemu dengan sesamanya.

c.         Dimensi Kesusilaan
Susila berasal dari bahasa Sanskerta. Susila berasal dari dua kata yaitu “su” yang artinya baik, dan “sila” yang artinya perbuatan. Jadi susila adalah segala perbuatan yang baik. Jadi hubungan dari hakekat manusia dengan dimensi kesusilaan adalah dimana seluruh  dari hakekat manusia hendaknya merupakan susila atau perbuatan yang baik. Disamping itu, dalam menjalankan hakekat sebagai manusia kita juga harus berpedoman pada etika berprilaku yang baik dan sopan terhadap sesama.

d.        Dimensi Keberagamaan
Pada hakekatnya manusia adalah mahluk yang religius. Ini dapat terlihat sejak jaman prasejarah dimana nenek moyang kita memiliki keyakinan terhadap suatu benda atau tempat yang dianggap sakral. Di Indonesia setiap warga negara dibebaskan untuk memilih agama yang diyakini masing-masing.

3.      HAKEKAT MANUSIA MENURUT PANCASILA
Pancasila memandang hakikat manusia memiliki sudut pandang yang :
a.    Monodualistik dan Monopluralistik
b.    Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
c.     Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan
Konsep manusia Indonesia  seutuhnya dikembangkan atas pandangan hidup bangsa Indonesia yakni pancasila, yang menganut paham integralistik disesuaikan dengan struktur sosial masyarakat yang ber-Bhinneka Tunggal Ika. (sudah jelas disitu ada paham integralistik dan ber-Bhinneka Tunggal Ika yang berarti sudut pandang dari integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan.)
Kemudian dengan pandangan hidup pancasila, pengembangan manusia Indonesia seutuhnya diusahakan agar hidup selaras, serasi, dan seimbang dalam konteks hubungan manusia dengan ruang lingkupnya. (hal ini sesuai dengan sudut pandang keselarasan, keserasian, dan keseimbangan.)
Dan selanjutnya, sesuai dengan dasar pengendalian diri dalam mengejar kepentingan pribadi, maka manusia Indonesia yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila dalam mewujudkan tujuan hidupnya, memiliki kesadaran bahwa setiap gerak arah dan cara-cara melaksanakan tujuan hidupnya senantiasa dijiwai oleh pancasila. (dari hal ini monodualistik terdapat pada kepentingan pribadi yang artinya sama dengan individual, yaitu individu yang mendasarkan diri pada pandangan hidup pancasila untuk tujuan hidupnya.  Sedangkan monopluralistik,  yaitu tujuan hidup tersebut senantiasa dijiwai oleh pancasila.)


4.      NILAI NILAI KELIMA PANCASILA
·            SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
1.              Percaya dan Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2.             Hormat menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3.             Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
4.         Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
5.           Menolak kepercayaan atheisme di Indonesia.

·            SILA KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
1.             Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia.
2.             Saling mencintai sesama manusia.
3.             Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4.             Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5.             Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6.             Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7.             Berani membela kebenaran dan keadilan.
8.             Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia, karena itu dikembangkan sikap hormat-menghormati dan bekerjasama dengan bangsa lain.
·            SILA PERSATUAN INDONESIA
1.             Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
2.             Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3.             Cinta Tanah Air dan Bangsa.
4.             Bangga sebagai Bangsa Indonesia dan ber-Tanah Air Indonesia.
5.             Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
·      SILA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARATAN / PERWAKILAN

1.             Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2.             Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3.             Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4.             Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi semangat kekeluargaan.
5.             Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil musyawarah.
6.             Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7.             Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

·      SILA KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA
1.             Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2.             Bersikap adil.
3.             Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4.             Menghormati hak-hak orang lain.
5.             Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
6.             Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7.             Tidak bersifat boros.
8.             Tidak bergaya hidup mewah.
9.             Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10.         Suka bekerja keras.
11.         Menghargai hasil karya orang lain.
12.         Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
5.      PENGEMBANGAN DIMENSI HAKEKAT MANUSIA INDONESIA YANG PANCASILAIS
Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan Negara memberikan pedoman bahwa kebahagiaan hidup manusia itu akan tercpai apabila kehidupan manusia itu diselaraskan dan keseimbangan, baik hidup manusia sebagai pribadi, dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dalam hubungan manusia dengan alam, dalam hubungan manusia dengan bangsa, dan dalam hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rokhaniah.
Pancasila menempatkan manusia dakam  keseluruhan harkat dan martabatnya mahluk Tuhan Yang Maha Esa. Manusialah yang menjadi titik tolak dari usaha kita untuk memahami manusia itu sendiri, manusia dan masyarakatnya, dan manusia dengan segenap lingkungan hidupnya.
Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila menegaskan pandangan social yang berdiri di atas paham keseimbangan tidaklah mengingkari, bahwa masyarakat itu senantiasa bergerak, berubah, berkembang dan dinamis. Namun demikian, kita beranggapan, bahwa yang wajar, yang dicari oleh manusia bukanlah perubahan atau dinamika itu sendiri, melainkan keseimbangan segala sesuatu dalam masyarakat untuk mencapai tujuan kebahagiaan.
Jadi hakikat manusia yang  pancasialis adalah manusia yang mampu mempelajari, memahami serta mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung di setiap sila-sila yang ada di Pancasila . Tentunya manusia yang pancasilais dapat mengimplementasikannya juga di kehidupan bermasyarakat demi dapat mewujudkan manusia yang mempunyai susila yang baik, indivualisme yang mandiri dan senang berkompetisi, manusia yang religius, serta menjadikan  manusia dengan kehidupan bermasyarakat atau berkehidupan sosial yang baik dan dapat berinteraksi dengan sesama dengan saling menghargai  satu dengan yang lainnya.


D.    RANGKUMAN
1.      Manusia memiliki hakekat sebagai mahluk paling sempurna yang diciptakan Tuhan Yang Maha Esa.
2.      Ada 4 dimensi dari hakekat manusia, yaitu
Ø    Dimensi keindividualan
Ø    Dimensi kesosialan
Ø    Dimensi kesusilaan
Ø    Dimensi keberagamaan
3.      Pancasila memandang hakekat manusia memiliki sudut pandang yang :
a.                   Monodualistik dan Monopluralistik
b.                   Keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
c.                   Integralistik, kebersamaan, dan kekeluargaan
4.      Pengembangan dimensi hakekat manusia Indonesia yang Pancasilais
Sejak zaman dulu kala, nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila sudah diamalkan oleh masyarakat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakatnya. Pada dasarnya, hakekat manusia yang Pancasilais adalah manusia yang mampu mengamalkan dan mengimplementasikan nilai-nilai dalam kelima sila Pancasila. Sehingga, manusia Indonesia yang Pancasilais diperlukan dalam pembangunan karakter bangsa .







E.     REFERENSI
7.      Idi Abudlah,Jalaludin. 2007. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media